Rabu, 11 Mei 2016

Ini Dia Alasan yang Bikin Loopers Harus Berhenti Nonton Sinetron Indonesia


Mungkin sekarang Loopers udah jarang nonton sinetron Indonesia? Bukan berarti hobi nontonmu hilang, hanya saja memang sinetron Indonesia tak terlalu menarik untuk ditonton. Gak heran, Loopers bakal lebih senang untuk berpaling pada serial TV luar negeri.
Selain kualitas dan totalitas dalam membuat cerita, genrenya pun beragam, dari cinta, horor, action, crimesampai politik. Ya, lebih menarik, dan pastinya acaranya nggak “sampah”.
Bukannya menghina karya negeri sendiri ya, tapi faktanya, sinetron Indonesia punya beberapa sisi negatif yang udah nggak bisa ditolerir lagi. Misalnya:

*Sumber gambar: smeaker.com
1. Semua anak sekolah di sinetron nggak ada yang belajar
Keberagaman tokoh jarang sekali ditemukan di sinetron Indonesia. Yang ada hanya ada siswa yang baik dan jahat. Selain itu, para siswa ini juga nggak pernah terlihat belajar.
Daripada belajar, anak sekolah di sinetron sibuk memikirkan gimana mendapat pacar atau mem-bullysaingannya. Karena hal ini, anak muda juga jadi kurang terpacu untuk berprestasi.

*Sumber gambar: muvila.com
2. Tokoh antagonis yang kelewatan jahat dan kejamnya.
Peran antagonis di sinetron adalah sosok yang sangat jahat. Bahkan seperti nggak punya hati nurani sama sekali. Selalu mencari kesempatan untuk mencelakakan orang lain. Hanya karena seorang pria atau wanita yang disukainya, tokoh antagonis rela merencanakan tindak pembunuhan.
Please! Memang cowok atau cewek di dunia ini hanya satu? Masih banyak. Cari aaja yang baru, gak perlu bunuh-bunuhan, entar masuk penjara. Bener-bener nggak realistis.

*Sumber gambar: cantiks.com
3. Rumah produksi sinetron nggak mau investasi demi kualitas.
Efek latar, busana, dan tempat di sinetron sangat minimalis, dalam artian gak ada kualitasnya. Latar sinetron hanya seputaran rumah, sekolah, kafe, jalan, kompleks perumahan, dan pasar. Sepertinya hidup orang Indonesia cuma seputaran itu aja.
Kenapa gak ada shoot di Harvard misalnya. Ceritanya mungkin bisa tentang anak Indonesia yang sedang kuliah di sana (realitanya emang banyak, kok). Serial kemerdekaan juga bagus untuk diangkat. Mengapa oh mengapa?

*Sumber gambar: bintang.com
4. Banyak sorot kamera yang nggak perlu. Durasi panjang tapi isinya kemana-mana gak jelas.
Satu episode sinetron bisa dua sampai tiga jam. Kenapa bisa sepanjang itu? Salah satu penyebabnya adalah banyaknya waktu terbuang percuma untuk sorot wajah pemain sinetron. Bayangkan saja, satu wajah pemain bisa disorot sekitar 10-20 detik.
Nah, jika ada 10 pemain di dalam ruangan, maka 200 detik bisa habis hanya untuk melihat wajah mereka satu persatu. Kalau boleh jujur, ini gak penting banget.

*Sumber gambar: bintang.com
5. Kebanyakan sinetron Indonesia kekurangan pesan moral.
Sebagian besar sinetron justru lebih banyak menggambarkan perilaku-perilaku tercela dan bertentangan dengan budaya Indonesia. Pasti Loopers sering lihat anak membentak-bentak orang tua di sinetron kan? Kalau udah ada adegan kayak gini, pasti males deh nontonnya.

*Sumber gambar: muvila.com
6. Tokoh protagonis yang terlalu baik, lugu dan merelakan diri untuk ditindas. Seolah gak punya kekuatan untuk melawan dan lemah banget.
Tokoh protagonis di sinetron selalu diceritakan sangat baik. Saat ditindas juga tetap tabah, kayak orang suci yang tidak pernah melakukan kesalahan. Dia nggak pernah marah. Selalu punya pelindung, seperti cowok kaya, malaikat, jin, atau sejenisnya.
(Duh, bisa gak sih bikin tokoh yang lebih realistis?)

*Sumber gambar: electrohide.blogspot.com
7. Efek animasi yang sangat "minimalis" dan jauh dari kata apik.
Antara gak punya kemampuan, gak mau mengembangkan kemampuan, malas atau bahkan gak mau mengeluarkan uang. Padahal Indonesia itu punya banyak animator handal untuk membuat efek animasi yang lebih nyata.

*Sumber gambar: protech.parabola.net
8. Akting pemain sinetron yang kualitasnya pas-pasan.
Kadang ketika wajah pemainnya disorot untuk waktu yang lama, Loopers berpikir, dia lagi marah, terkejut, sedih, senang atau gimana sebenarnya ? Aktingnya, pas-pasan… menang tampang doang.

*Sumber gambar: serbaserbi-rafha.blogspot.com
9. Kalau di sinetron, hidup itu selalu diisi dengan banyak masalah.
Masalah datang silih berganti, mati satu tumbuh seribu. Sepertinya jadi tokoh sinetron melelahkan, hidup kayak gak ada bahagia-bahagianya. Padahal hidup tak sepenuhnya begitu.

*Sumber gambar: muvilla.com
10. Cerita sinetron yang nggak pernah selesai. Bahkan ending-nya gimana gak ada yang tahu.
Penulis cerita sinetron di Indonesia terlalu kreatif. Saking kreatifnya mereka punya segudang ide yang membuat sinetron seakan tidak pernah tamat. Jarang kita temukan sinetron yang kurang dari 100 episode. Namun sayangnya, cerita di sinetron hanya diulang-ulang dengan alur yang hampir sama. Bahkan tokoh utamanya aja sampai meninggal, masih aja lanjut.

11. Cerita sinetron sangat monoton, nggak jauh dari cinta-cintaan. Cinta segitiga antara yang kaya dan miskin.
Barangkali ini ada kaitannya dengan budget yang minim. Atau mungkin sebenernya mereka tidak mau mengeluarkan uang buat bikin cerita yang bagus. Coba kita lihat serial TV di Amerika, yang punya beragam cerita, mulai dari zaman kerajaan, intelijen hingga zombie. Bahkan drama Korea berani keluar uang dengan membuat film ber-setting zaman dinasti.

Sebagai penikmat TV, mungkin Loopers bertanya-tanya: Kapan ya sinetron Indonesia bisa sebagus yang ada di luar negeri?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar